Kamis, 12 September 2013

__Arti Pengkaderan bagiku__

Posted by Unknown at 17.07 0 comments
Pertama kali mendengar kata PENGKADERAN, spontan dalam pikiranku muncul pemahaman bahwa pengkaderan identik dengan "Penekanan", yakni menekan kita untuk berfikir keras dan menekan kita untuk mempunyai mental yang kuat. Untuk bahasa kasarnya, pengkaderan bisa dikatakan sebagai ajang bagi senior melampiaskan hal-hal yang pernah dialaminya saat mereka masih berstatus sebagai junior.
Tetapi setelah menemukan beberapa referensi, arti pengkaderan menurut saya merupakan proses pelatihan yang memungkinkan kita dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan dan fisik, selain itu melatih sikap kita, memperkuat karakter serta memperluas wawasan kita secara berkelanjutan (terus menerus)..

Penerimaan materi dalam bentuk diskusi kelompok dan tanya jawab (HMA PNUP klp.1)
Foto di atas menggambarkan salah satu metode pelatihan dari pengkaderan yaitu pemberian materi dalam bentuk diskusi/tanya jawab, diskusi kelompok, curah pendapat, dsb. Melalui pelatihan ini, kita dapat mengasah pikiran untuk berfikir lebih luas, kritis dan objektif, selain itu melatih diri kita untuk lebih berani tampil di depan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Rabu, 07 Agustus 2013

ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM

Posted by Unknown at 22.45 0 comments

Taqaballalahu minna waminkum syiamana wa syiamakum.
Minnal aidzin walfa'idzin mohon maaf lahir dan batin..
Pesta Yang Tak Pernah Ada
ALLAHU AKBAR … ALLAHU AKBAR … ALLAHU AKBAR…

Nada dzikir yang sangat indah, menggetarkan langit, memecah bumi, memporak porandakan hati yang hening, dan membuat setiap sungai diujung mata jebol tak mampu lagi menampung setiap rentak rabana yang mengalir bersama darah disetiap napas yang ALLAH titipkan

Begitupun saya, yang tak kuasa membendung sungai kecil diujung mata saya, entah ini untuk merayakan kemenangan, entah saya menangisi bahwa idul fitri kali ini tak ada pesta dijiwa saya, selain menyusun langkah yang lebih pasti, mencapai ridho ILLAHI, mengisi setiap napas yang ALLAH titipkan untuk saya isi dengan kebaikan bukan dengan kesombongan, lumuran dosa yang sempat saya jadikan syurga yang saya cari [seperti zaman jahiliyah saya], kini di detik-detik menjelang perayaan Id yang fitri saya mulai mengerti dimana syurga itu berada, tak lupa saya ucapkan beribu-ribu terimakasih untuk seseorang yang telah membantu saya menemukan jatidiri saya, dan semoga amal ibadahnya di terima Allah Subhanahu Wa Ta'alla.. Aamiin ya Rabbal'alamiin.

Terbayang oleh saya mereka yang merayakan lebaran, di ICU Rumah sakit, di dalam rumah kardus yang dingin, di panti jompo tanpa anak dan suami…

Terbayang oleh saya saudara saya yang terusir dari keluarga karena kesalahan besarnya dan kini harus berada di keheningan untuk merayakan pesta yang takpernah ada...

Terbayang oleh saya airmata airmata penampung segala sabar dan ikhlas sebagai muara dari setiap cobaan…

Iya, saya disini yang akan merayakan kemenangan dengan jiwa yang melayang layang ditempat para sahabat, saudara saya yang kini harus berjuang sekedar untuk menyambung napas, disana ada takbir tapi tak ada pesta

Bismillaah... Ya ALLAH ya nurul Qolbu… Wahai yang maha melihat dan maha menerangi setiap jiwa, beri kami kekuatan, kami tetap bertakbir dengan tidak mengeluh sedikitpun karena kami percaya bahwa takdirmu meliputi takdir baik dan buruk, kami yang tiada, menjadi ada, dan akan tiada, Bukankah setiap nafas akan terhenti, nafas yang ENGKAU titipkan bertakbir, ada atau tanpa pesta kami tetap bertakbir,

ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM

Taqaballalahu minna waminkum syiamana wa syiamakum.
Minnal aidzin walfa'idzin mohon maaf lahir dan batin..

__Tangis Perpisahan para Pecinta Ramadhan__

Posted by Unknown at 16.17 0 comments



“Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya.”

Waktu terus bergulir dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu.... Rasanya baru kemarin kita begitu bersemangat mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan, bulan tarbiyah, bulan latihan, bulan Quran, bulan maghfirah, bulan yang penuh berkah. Namun beberapa saat lagi, Ramadhan akan meninggalkan kita, padahal kita belum optimal melaksanakan qiyamul lail kita, belum optimal membaca Al-Quran serta belum optimal melaksanakan ibadah-ibadah lain, target-target yang kita pasang belum semuanya terlaksana. Dan kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih dapat berjumpa dengan Ramadhan berikutnya.

Bagi para salafush shalih, setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan mereka, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri diri mereka.

Orang-orang zaman dahulu, dengan berlalunya bulan Ramadhan, hati mereka mejadi sedih. Maka, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, pada masa Rasulullah SAW, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka.

Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa kesedihan ini tidak saja dialami manusia, tapi juga para malaikat dan makhluk-makhluk Allah lainnya.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”

Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”

“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”
Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih.

Betapa tidak. Bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera pergi meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan.

Bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bulan ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang harus masuk neraka. Bulan ketika Allah menjadikannya sebagai penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dan Allah Ta’ala.

Mereka menangis karena merasa belum banyak mengambil manfaat dari Ramadhan. Mereka sedih karena khawatir amalan-amalan mereka tidak diterima dan dosa-dosa mereka belum dihapuskan. Mereka berduka karena boleh jadi mereka tidak akan bertemu lagi bulan Ramadhan yang akan datang.

Suatu hari, pada sebuah shalat ‘Idul Fithri, Umar bin Abdul Aziz berkata dalam khutbahnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima amalan tersebut.”

Salah seorang di antara jama’ah terlihat sedih.

Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa gerangan?”

“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.”

Kekhawatiran serupa juga pernah menimpa para sahabat Rasulullah SAW. Di antaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Diriwayatkan, di penghujung Ramadhan, Sayyidina Ali bergumam, “Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat ‘melayatnya’.”

Ucapan Sayyidina Ali RA ini mirip dengan ucapan Abdullah bin Mas’ud RA, “Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita yang ditolak amalannya untuk kita ‘layati’. Wahai orang yang diterima amalannya, berbahagialah engkau. Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah adalah musibah bagimu.”

Imam Mu'alla bin Al-Fadhl RA berkata, "Dahulu para ulama senantiasa berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka (selama Ramadhan)."

Wajar saja, sebab, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan membawa segudang pahala untuk bekal di akhirat.

Jika kita merenungi kondisi salafush shalih dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan, bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shalih, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.
Bagaimana dengan kita? Adakah kesedihan itu hadir di hati kita di kala Ramadhan meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya, karena begitu bergembiranya menyambut kedatangan Hari Raya ‘Idul Fithri, sampai-sampai di sepuluh hari terakhir, yang seharunya kita semakin giat melaksanakan amalan-amalan ibadah, kita malah disibukkan dengan belanja, membeli baju Lebaran, disibukkan memasak, membuat kue, dan lain-lain.
Padahal di sisi lain, masih banyak orang di sekitar kita yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka hari ini, bukan untuk besok, apalagi untuk pesta pora di hari Lebaran.
Tapi apakah salah bila kita menyongsong Hari Raya ‘Idul Fithri dengan kegembiraan? Tentu saja tidak. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR Nasa’i).


Sabtu, 03 Agustus 2013

__^^Bersama Mimpiku^^__

Posted by Unknown at 22.35 0 comments
Di sini Aku berdiri,
Bersama tapak pertamaku bernama niat,
Lantas bermimpi
Agar diriku tak lagi tertidur dalam lelap,
Tetapi bangkit terjaga
Agar tak tertunduk  sayu,
Tetap tegak menatap
Agar cintaku tak terpejam sendu,
Tetapi tajam memancar
Agar mataku tak menyipit silau,
Tetapi lekat menatap

Agar aku berdiri, agar aku melangkah,
Agar aku berlari, agar aku meraih
Ini aku dengan sejuta mimpiku...
Bersama gairah, bersama cinta yang tak lemah,
Ini aku seorang pemudi !
Yang tumbuh dibawah naungan Illahi !

Rabu, 31 Juli 2013

Muhammad Taha Al-Junayd (Beutiful Voice From Heaven)

Posted by Unknown at 23.10 2 comments
Assalamu'alaykum.. brotha and sista, kali ini postingan mengenai salah satu idolaku, seorang hafidz Qur'an.. sekarang lagi seneng senengnya mengoleksi murottal murottal beliau.. 
Silahkan baca biodata nya yukk:
*Nama Lengkap : Muhammad Salih Ibrahim Taha Al-Junayd.
*Tahun lahir: 1994
*Asal : Manama, Bahrain (jiran Arab Saudi).
*Saat ini masih seorang pelajar dan pengajaran membaca Al-Quran di Kingdom University Bahrain.Turut diupah oleh Pusat upah Abdul Rahman-Bandar Hamad.
*Juga diiktiraf sebagai pembaca Al-Quran(Qari) walaupun tidak sepopular Sheikh Mishary Rashid Al-afasy.
*Telah mengalunkan banyak surah dan boleh didapati dalam bentuk MP3 dan sebagainya.Sekarang ini telah memiliki 4 album dan 28 audio.
kalo mau dengar lantunan suaranya, nih ada link beberapa murottal surah_surah Al-Qur'an beliau
http://audio-ahlussunnah.blogspot.com/2012/09/mp3-quran-koleksi-murottal-muhammad.html
*Terkenal dgn gelaran Beautiful Voice From Heaven oleh orang Arab.
Full photo of Muhammad Thaha Al-Junayd :)

 

~`* Meraih Malam Lailatul Qadar *`~

Posted by Unknown at 22.15 0 comments
Assalamu’alaiku m Warahmatullahi Wabarakatuh.


Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh kemuliaan dan lebih baik dari seribu bulan. 
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ﺮﻬﺷ ﻒﻟﺃ ﻦﻣ ﺮﻴﺧ ﺭﺪﻘﻟﺍ ﺔﻠﻴﻟ “Lailatul qadr lebih baikdaripada 1000 bulan.” 
(QS. Al- Qadr (97) ayat 3)

Lalu bagaimana kita menjemput Malam Lailatul Qadar?, inilah beberapa cara yang bisa kita lakukan...

1. Meningkatkan ibadah, dengan shalat malam, berdzikir, shalat dluha, termasuk juga memperbanyak mengaji dan mentadabburi Al Qur’an.
 
“Barangsiapa yang shalat pada Malam Lailatul Qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya”. (HR. Al-Bukhari no. 1768 dan Muslim no. 1268)

2. Memperbanyak doa
Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh ampunan. Dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata:
"Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui Malam Lailatul
Qadar, maka apakah yang aku ucapkan padanya?” Beliau menjawab: “Berdoalah dengan: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII
(Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku).” (HR. At- Tirmizi no. 3435 dan dia berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih.”)

3. Memperbanyak infaq dan sedekah
Sungguh begitu besar
keutamaan infaq dan sedekah, dan akan lebih berlipat ganda pahala bagi yang melaksanakannya pada 10 Ramadhan terakhir (untuk menjemput Malam Lailatul Qadar).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Aisyah
radhiallahu anha berkata,
“Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.

Semoga kita semua dapat menjemput malam istimewa ini, dengan kejernihan hati dan kualitas ibadah yang kiat meningkat. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Post Icon

__Arti Pengkaderan bagiku__

Pertama kali mendengar kata PENGKADERAN, spontan dalam pikiranku muncul pemahaman bahwa pengkaderan identik dengan "Penekanan", yakni menekan kita untuk berfikir keras dan menekan kita untuk mempunyai mental yang kuat. Untuk bahasa kasarnya, pengkaderan bisa dikatakan sebagai ajang bagi senior melampiaskan hal-hal yang pernah dialaminya saat mereka masih berstatus sebagai junior.
Tetapi setelah menemukan beberapa referensi, arti pengkaderan menurut saya merupakan proses pelatihan yang memungkinkan kita dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan dan fisik, selain itu melatih sikap kita, memperkuat karakter serta memperluas wawasan kita secara berkelanjutan (terus menerus)..

Penerimaan materi dalam bentuk diskusi kelompok dan tanya jawab (HMA PNUP klp.1)
Foto di atas menggambarkan salah satu metode pelatihan dari pengkaderan yaitu pemberian materi dalam bentuk diskusi/tanya jawab, diskusi kelompok, curah pendapat, dsb. Melalui pelatihan ini, kita dapat mengasah pikiran untuk berfikir lebih luas, kritis dan objektif, selain itu melatih diri kita untuk lebih berani tampil di depan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM


Taqaballalahu minna waminkum syiamana wa syiamakum.
Minnal aidzin walfa'idzin mohon maaf lahir dan batin..
Pesta Yang Tak Pernah Ada
ALLAHU AKBAR … ALLAHU AKBAR … ALLAHU AKBAR…

Nada dzikir yang sangat indah, menggetarkan langit, memecah bumi, memporak porandakan hati yang hening, dan membuat setiap sungai diujung mata jebol tak mampu lagi menampung setiap rentak rabana yang mengalir bersama darah disetiap napas yang ALLAH titipkan

Begitupun saya, yang tak kuasa membendung sungai kecil diujung mata saya, entah ini untuk merayakan kemenangan, entah saya menangisi bahwa idul fitri kali ini tak ada pesta dijiwa saya, selain menyusun langkah yang lebih pasti, mencapai ridho ILLAHI, mengisi setiap napas yang ALLAH titipkan untuk saya isi dengan kebaikan bukan dengan kesombongan, lumuran dosa yang sempat saya jadikan syurga yang saya cari [seperti zaman jahiliyah saya], kini di detik-detik menjelang perayaan Id yang fitri saya mulai mengerti dimana syurga itu berada, tak lupa saya ucapkan beribu-ribu terimakasih untuk seseorang yang telah membantu saya menemukan jatidiri saya, dan semoga amal ibadahnya di terima Allah Subhanahu Wa Ta'alla.. Aamiin ya Rabbal'alamiin.

Terbayang oleh saya mereka yang merayakan lebaran, di ICU Rumah sakit, di dalam rumah kardus yang dingin, di panti jompo tanpa anak dan suami…

Terbayang oleh saya saudara saya yang terusir dari keluarga karena kesalahan besarnya dan kini harus berada di keheningan untuk merayakan pesta yang takpernah ada...

Terbayang oleh saya airmata airmata penampung segala sabar dan ikhlas sebagai muara dari setiap cobaan…

Iya, saya disini yang akan merayakan kemenangan dengan jiwa yang melayang layang ditempat para sahabat, saudara saya yang kini harus berjuang sekedar untuk menyambung napas, disana ada takbir tapi tak ada pesta

Bismillaah... Ya ALLAH ya nurul Qolbu… Wahai yang maha melihat dan maha menerangi setiap jiwa, beri kami kekuatan, kami tetap bertakbir dengan tidak mengeluh sedikitpun karena kami percaya bahwa takdirmu meliputi takdir baik dan buruk, kami yang tiada, menjadi ada, dan akan tiada, Bukankah setiap nafas akan terhenti, nafas yang ENGKAU titipkan bertakbir, ada atau tanpa pesta kami tetap bertakbir,

ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM

Taqaballalahu minna waminkum syiamana wa syiamakum.
Minnal aidzin walfa'idzin mohon maaf lahir dan batin..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

__Tangis Perpisahan para Pecinta Ramadhan__




“Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya.”

Waktu terus bergulir dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu.... Rasanya baru kemarin kita begitu bersemangat mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan, bulan tarbiyah, bulan latihan, bulan Quran, bulan maghfirah, bulan yang penuh berkah. Namun beberapa saat lagi, Ramadhan akan meninggalkan kita, padahal kita belum optimal melaksanakan qiyamul lail kita, belum optimal membaca Al-Quran serta belum optimal melaksanakan ibadah-ibadah lain, target-target yang kita pasang belum semuanya terlaksana. Dan kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih dapat berjumpa dengan Ramadhan berikutnya.

Bagi para salafush shalih, setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan mereka, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri diri mereka.

Orang-orang zaman dahulu, dengan berlalunya bulan Ramadhan, hati mereka mejadi sedih. Maka, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, pada masa Rasulullah SAW, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka.

Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa kesedihan ini tidak saja dialami manusia, tapi juga para malaikat dan makhluk-makhluk Allah lainnya.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”

Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”

“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”
Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih.

Betapa tidak. Bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera pergi meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan.

Bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bulan ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang harus masuk neraka. Bulan ketika Allah menjadikannya sebagai penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dan Allah Ta’ala.

Mereka menangis karena merasa belum banyak mengambil manfaat dari Ramadhan. Mereka sedih karena khawatir amalan-amalan mereka tidak diterima dan dosa-dosa mereka belum dihapuskan. Mereka berduka karena boleh jadi mereka tidak akan bertemu lagi bulan Ramadhan yang akan datang.

Suatu hari, pada sebuah shalat ‘Idul Fithri, Umar bin Abdul Aziz berkata dalam khutbahnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima amalan tersebut.”

Salah seorang di antara jama’ah terlihat sedih.

Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa gerangan?”

“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.”

Kekhawatiran serupa juga pernah menimpa para sahabat Rasulullah SAW. Di antaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Diriwayatkan, di penghujung Ramadhan, Sayyidina Ali bergumam, “Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat ‘melayatnya’.”

Ucapan Sayyidina Ali RA ini mirip dengan ucapan Abdullah bin Mas’ud RA, “Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita yang ditolak amalannya untuk kita ‘layati’. Wahai orang yang diterima amalannya, berbahagialah engkau. Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah adalah musibah bagimu.”

Imam Mu'alla bin Al-Fadhl RA berkata, "Dahulu para ulama senantiasa berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka (selama Ramadhan)."

Wajar saja, sebab, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan membawa segudang pahala untuk bekal di akhirat.

Jika kita merenungi kondisi salafush shalih dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan, bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shalih, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.
Bagaimana dengan kita? Adakah kesedihan itu hadir di hati kita di kala Ramadhan meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya, karena begitu bergembiranya menyambut kedatangan Hari Raya ‘Idul Fithri, sampai-sampai di sepuluh hari terakhir, yang seharunya kita semakin giat melaksanakan amalan-amalan ibadah, kita malah disibukkan dengan belanja, membeli baju Lebaran, disibukkan memasak, membuat kue, dan lain-lain.
Padahal di sisi lain, masih banyak orang di sekitar kita yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka hari ini, bukan untuk besok, apalagi untuk pesta pora di hari Lebaran.
Tapi apakah salah bila kita menyongsong Hari Raya ‘Idul Fithri dengan kegembiraan? Tentu saja tidak. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR Nasa’i).


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

__^^Bersama Mimpiku^^__

Di sini Aku berdiri,
Bersama tapak pertamaku bernama niat,
Lantas bermimpi
Agar diriku tak lagi tertidur dalam lelap,
Tetapi bangkit terjaga
Agar tak tertunduk  sayu,
Tetap tegak menatap
Agar cintaku tak terpejam sendu,
Tetapi tajam memancar
Agar mataku tak menyipit silau,
Tetapi lekat menatap

Agar aku berdiri, agar aku melangkah,
Agar aku berlari, agar aku meraih
Ini aku dengan sejuta mimpiku...
Bersama gairah, bersama cinta yang tak lemah,
Ini aku seorang pemudi !
Yang tumbuh dibawah naungan Illahi !

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

Muhammad Taha Al-Junayd (Beutiful Voice From Heaven)

Assalamu'alaykum.. brotha and sista, kali ini postingan mengenai salah satu idolaku, seorang hafidz Qur'an.. sekarang lagi seneng senengnya mengoleksi murottal murottal beliau.. 
Silahkan baca biodata nya yukk:
*Nama Lengkap : Muhammad Salih Ibrahim Taha Al-Junayd.
*Tahun lahir: 1994
*Asal : Manama, Bahrain (jiran Arab Saudi).
*Saat ini masih seorang pelajar dan pengajaran membaca Al-Quran di Kingdom University Bahrain.Turut diupah oleh Pusat upah Abdul Rahman-Bandar Hamad.
*Juga diiktiraf sebagai pembaca Al-Quran(Qari) walaupun tidak sepopular Sheikh Mishary Rashid Al-afasy.
*Telah mengalunkan banyak surah dan boleh didapati dalam bentuk MP3 dan sebagainya.Sekarang ini telah memiliki 4 album dan 28 audio.
kalo mau dengar lantunan suaranya, nih ada link beberapa murottal surah_surah Al-Qur'an beliau
http://audio-ahlussunnah.blogspot.com/2012/09/mp3-quran-koleksi-murottal-muhammad.html
*Terkenal dgn gelaran Beautiful Voice From Heaven oleh orang Arab.
Full photo of Muhammad Thaha Al-Junayd :)

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

~`* Meraih Malam Lailatul Qadar *`~

Assalamu’alaiku m Warahmatullahi Wabarakatuh.


Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh kemuliaan dan lebih baik dari seribu bulan. 
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ﺮﻬﺷ ﻒﻟﺃ ﻦﻣ ﺮﻴﺧ ﺭﺪﻘﻟﺍ ﺔﻠﻴﻟ “Lailatul qadr lebih baikdaripada 1000 bulan.” 
(QS. Al- Qadr (97) ayat 3)

Lalu bagaimana kita menjemput Malam Lailatul Qadar?, inilah beberapa cara yang bisa kita lakukan...

1. Meningkatkan ibadah, dengan shalat malam, berdzikir, shalat dluha, termasuk juga memperbanyak mengaji dan mentadabburi Al Qur’an.
 
“Barangsiapa yang shalat pada Malam Lailatul Qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya”. (HR. Al-Bukhari no. 1768 dan Muslim no. 1268)

2. Memperbanyak doa
Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh ampunan. Dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata:
"Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui Malam Lailatul
Qadar, maka apakah yang aku ucapkan padanya?” Beliau menjawab: “Berdoalah dengan: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII
(Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku).” (HR. At- Tirmizi no. 3435 dan dia berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih.”)

3. Memperbanyak infaq dan sedekah
Sungguh begitu besar
keutamaan infaq dan sedekah, dan akan lebih berlipat ganda pahala bagi yang melaksanakannya pada 10 Ramadhan terakhir (untuk menjemput Malam Lailatul Qadar).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Aisyah
radhiallahu anha berkata,
“Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.

Semoga kita semua dapat menjemput malam istimewa ini, dengan kejernihan hati dan kualitas ibadah yang kiat meningkat. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
 

I and A Million Dreams ツ Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Sponsored by Blogger Template Gallery