Tema yang
cocok untuk kisah yang saya alami selama bertahun-tahun, objek dari
kisah saya adalah seorang Imam Tarwih Masjid Nurul Huda Gusung setiap Bulan Ramadhan, aku selalu membanggakan dia
kepada orang lain, membesar-besarkan dia, memamerkan dia, tepatnya kepada
teman-teman sekolahku sejak kelas 1 SMP. Sampai sekarang pun aku masih
mengagumi dia meskipun dia sudah tidak jadi imam Tarwih lagi di Masjid Nurul
Huda Gusung .
Uum
saya mau menceritakan latar belakang dari kisahku ini, sewaktu SD saya punya
nilai terbaik di sekolah, nilai Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dll,
kecuali Pend.Agama Islam, nilaiku 7, aku ditegur sama nenek temanku, dia bilang
“kenapa nilai agamanu 7 ji nak, tidak
pintarko kah mengaji nak?”, mendengar hal itu aku terdiam malu. Yaaa
memang waktu itu aku belum terlalu mahir dalam membaca Al-Qur’an, sedikit
sekali niat yang aku punya untuk mempelajarinya, tapi semuanya berubah ketika
ku mendengar suara si Imam melantungkan Ayat Suci Al-Qur’an saat menjadi imam
Tarwih di masjid tepat didepan rumahku. Aku masih ingat waktu itu di bulan
Ramadhan 1428 H, entah itu tarwih keberapa, aku menjadi salah satu makmun dia,
ketika dia mulai membaca surah Al-Qur’an ala-ala anak pesantren, ada Qori nya
(lagu-lagunya), hatiku langsung merinding, rasanya mau menangis. SubhanaAllah
suaranya sungguh-sungguh merdu di telinga dan terekam di hati. Pas setelah
salam akupun berpikir dan berkata dalam hati “SubhanaAllah bagemanami itu orangnya yang jadi imam, baguuusna
suarana, rugiku kurasa baru sekarang kusadari kalo baguski suaranya imam ka,
kenapa bukan dari dulu , sebentar kalo sudahmi orang sholat, mauka liatki deh, yang manayya
orangna”. Setiap kali berdiri untuk melaksanakan Tarwih selanjutnya,
aku seringkali berdiri lebih dulu dari jami’ah lain, mencoba menengok ke bawah,
tapi yang aku liat cuma kopiah nya , dan sayang sekali
saya cuma bisa ambil tarwih yang 8 rakaat, karena waktu itu memang aku belum
terlalu cinta Ramadhan, puasa ya puasa, tanpa ada ibadah lain. Namun hatiku
sedikit demi sedikit terbuka untuk melakukan lebih banyak ibadah di Bulan
Ramadhan (Alhamdulillah). Shubuhnya, seusai sahur, saya mulai mengusahakan diri
untuk ke Masjid melaksanakan Sholat Shubuh berjama’ah, ternyata yang menjadi
imam adalah imam Tarwih tadi malam, lagi-lagi aku jatuh cinta mendengar
suaranya. Terpaksa saya tinggal di Masjid sambil mendengar ceramah Shubuh,
mungkin ini demi untuk melihat si imam .
Tapi usaha saya boleh dibilang gagal, si imam belum keluar dari tempat para
jama’ah ikhwan, saat kulihat, ternyata dia sedang beri’tikaf . Saya belum
merasa puas, karena tidak sempat melihat wajah dan mengetahui siapa namanya.
Setelah itu aku
sudah mulai mengusahakan diri untuk melaksanakan sholat Tarwih berjama’ah
secara rutin, dan malam demi malam akhirnya aku bisa melihat siapa orangnya,
meskipun dari kejauhan, saya bisa simpulkan apa yang aku lihat, dia sangat
tampan dan menyenangkan saat dipandang. Hal ini memberi saya motivasi untuk
melaksanakan sholat Tarwih berjama’ah secara rutin di Masjid Nurul Huda Gusung . Jadi
setiap kali saya pulang tarwih, saya sering menunggu dia sampai keluar dari
masjid. Selain ingin mengetahui orangnya yang mana, saya pun berusaha untuk
mengetahui siapa namanya, Alhamdulillah saya juga berhasil mengetahuinya
namanya melalui informasi yang disampaikan saat sholat Jum’at berjama’ah,
namanya si imam Ustadz Zulkifli ,
ternyata selain wajahnya yang tampan, namanya juga mengagumkan.
Dan
entah kenapa juga, hari demi hari saya bisa mengetahui berbagai informasi
tentangnya dengan mudah, salah satunya dari teman SD ku, dia memberitahuku
asalnya darimana, saudaranya berapa, pendidikannya dimana, dll. Informasi yang
saya dengar dari temanku tentu tidak kuragukan, karena om dari temanku adalah
salah satu Muballaqah Masjid Nurul Huda
Gusung, namanya Ustadz Arsyad, dia akrab dengan Ustadz Zulkifli. Bahkan kata
temanku Ustadz Zulkifli pernah makan dirumahnya si Ustadz Arsyad, yaa aku
sedikit iri , andai saja saya
punya kakak ikhwan yang akrab dengan Ustadz Zulkifli, dia pasti juga akan
bermain ke rumah ku, jadi dengan begitu saya bisa akrab dan dekat dengannya,
tapi hal itu hanya khayalanku saja . Saya pernah
merasa kecewa ketika ku diberitahu sama nenek saya, bahwa si imam tarwih itu
sudah punya istri dan anak, tapi saat kuberitahu temanku, katanya belum, dia
masih single, hehe masih ada kesempatan . Uumm saya juga
pernah merasa jengkel dan cemburu ketika mngetahui dari temanku bahwa sepupunya
akrab dengan Ustadz Zulkifli, katanya dia sering sms-an, terkadang bertemu,
dll. Tapi saya tidak mau kalah, saya yakin pasti saya juga bisa akrab dengannya
suatu saat nanti . Tapi sayang
banget sampai sekarang aku belum akrab dengannya , masih dalam
proses.
Setiap
Ramadhan datang ingatanku terhadap Ustadz Zulkifli kembali, aku merasa senang
karena bisa melihat Ustadz Zulkifli lagi. Seperti tahun lalu, setiap sholat
Tarwih aku selalu berusaha bisa berada di saf depan bagian wanita lt.2, saat
kudengar suaranya kembali melantungkan ayat suci Al-Qur’an, SubhanaAllah hatiku
semakin gemetar, menyentuh sekali. Seandainya dia adalah kakakku, mungkin aku
adalah orang yang paling beruntung di dunia ini, karena bisa punya kakak yang
alim, ganteng, penghafal Al-Qur’an, dan segalanya. Melalui Ustadz Zulkifli aku
merasa terinspirasi untuk bisa membaca Al-Qur’an sesuai makhraj nya dengan
suara merdu, bahkan aku berusaha untuk bisa menghafal Al-Qur’an lho, salah
satunya adalah Surah Al-A’la, aku berusaha menghafalnya, karena setiap sholat
Witir Ustadz Zulkifli sering membaca Surah ini.
Malam
demi malam, aku pikir sangat disayangkan jika aku tidak merekam suaranya, jadi
setiap ku ke masjid, saya tidak pernah lupa untuk membawa Handphone, hehe.
Mulai tarwih pertama hingga witir, aku merekam suaranya. Selain imamnya, aku
juga suka dengan muballaqah di masjid itu, suara mereka juga merdu . Setiap
selesai berdo’a dan shalawat Nabi dinyanyikannya, aku lebih memilih untuk tetap
tinggal di masjid dulu sambil mengintip mereka yang sedang bershalawat,
SubhanaAllah lagi-lagi aku jatuh cinta, mereka semua mempesona. Tak lama
menatap mereka dari kejauhan, sesetiap kali pun mereka berbalik bergantian dan
senyum kepadaku, aku membalas senyum mereka, Alhamdulillah aku senang banget
saat mereka senyum kepadaku. Hal ini membuat aku semakin rajin ke masjid, semua
kegiatan Amaliah Ramadhan yang diadakan di Masjid itu aku ikuti hingga selesai,
seperti Dzikir bersama, melaksanakan Sholat malam/Lail, Nuzulul Qur’an,
takbiran di masjid, dsb. Waktuku kebanyakan dihabiskan di masjid dibanding di
rumah ataupun diluar rumah, saya merasa sulit untuk berada jauh dari masjid
Nurul Huda Gusung .
Oia aku pernah
melakukan hal lucu terhadap Ustadz Zulkifli ,
pernah sekali aku buntutin dia sampai ke rumahnya, sehabis beri’tikaf di dalam
masjid usai sholat Shubuh. Pagi itu aku menunggunya di depan rumahku, pas aku
lihat dia keluar dari masjid aku pun menyamar sebagai pejalan kaki biasa sambil
mengikuti jejaknya kemanapun dia pergi. Langkah demi langkah ku habiskan,
terkadang aku ingin tertawa, aku seperti orang yang ada di film-film, hehe.
Jalanan yang kutempuh pun semakin sepi, aku hampir ketahuan saat dia berbalik
badan dan melihatku dengan wajah curiga, aku pun menghentikan langkahku dan
menampakkan wajah biasa-biasa sambil melakukan hal-hal aneh seperti menatap
langit dan mengambil batu .
Kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya dan berhenti saat bertemu seorang
bapak-bapak, sepertinya bapak-bapak itu juga seorang Ustadz penceramah, kulihat
mereka bersalaman dan dia kembali melihatku, aku sempat kaget saat dia
melihatku, aku pun kembali menampakkan wajah yang biasa-biasa .
Setelah itu dia kembali berjalan hingga sampai disebuah rumah batu cantik. Aku
pun mengambil kesimpulan kalau dia tinggal di rumah itu. Keesokan paginya, aku
kembali ke daerah menuju rumah tersebut untuk menunggu Ustadz Zulkifli lewat.
Beberapa menit aku menunggu, tapi dia belum juga datang, terpaksa aku pulang,
ketika aku memasuki sebuah lorong, aku melihat Ustadz Zulkifli juga melewati
lorong itu menuju rumahnya. Akhirnya akupun berpapasan dengannya, berjalan
sambil berhadapan dengannya, kulihat mulutnya sedang mengucapkan sesuatu, pas tepat
berada di sampingku ternyata dia sedang berdzikir sambil berjalan
(SubhanaAllah), aku pun menyebut namanya dengan suara kecil “Ustadz Zulkifli”, dia melihatku
dengan wajah heran, tapi saya tak sanggup untuk melihat wajahnya, saya hanya
bisa tersenyum menunduk disebabkan perasaan de’degan ini .
Akhirnya dia pun berlalu. SubhanaAllah, meskipun aku tidak melihat wajahnya
secara langsung, dipikiranku wajahnya tersirat begitu mudah, dia sangat tampan,
putih, alisnya tebal, hidungnya mancung, dia tegap, tinggi, pokoknya Wooww
banget. Baru kali pertama aku jatuh cinta besar-besaran kepada seseorang, tapi
aku bangga bisa jatuh cinta dengan orang yang dekat dengan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, seorang penghafal Al-Qur’an, seorang yang baik hati dan sholeh .
Setelah
itu aku mengalami peristiwa kedua yang mungkin membuatku kecewa . Saat
itu sedang malam Takbiran, kudengar suaranya yg merdu mengucapkan takbir di
Masjid, akupun berlari mengambil handphoneku untuk merekam suaranya. Setelah
itu aku menuju ke Masjid sambil menunggu mobil takbiran lewat di jalan depan
Masjid. Tak lama kemudian, aku merasa kaget ketika seorang ikhwan memakai baju
koko hitam berada di depan ku, aku termenung sejenak menatapnya jelas-jelas dan
berkata dalam hati “Ustadz Zulkifli”,
saat kulihat dia dan diapun melihatku, aku tak bisa bicara apa-apa. Setelah dia
berlalu dari hadapanku, aku sempat menyesal dan berkata dalam hati “kenapa tadi diam ja saja, cobanya tadi
langsungka bilang Assalamu’alaykum sama dia trus ku sebutki namanya, pasti
langsungi kaget, trus kenalanma supaya bisaka akrab sama dia . Padahal tadi besar sekali peluangku,
tolo ku deh , malam terakhirmi lagi ini di bulan suci
Ramadhan, besok-besok pasti tidak adami ”. Tapi saya
menyemangati diriku sendiri untuk bersabar menunggunya untuk bisa akrab sama
Ustadz Zulkifli .
Tahun
demi tahun, Ramadhan demi Ramadhan, kuselalu merasa bangga bisa jadi makmun
Ustadz Zulkifli, dan kulakukan aktivitasku untuk bisa akrab dan mengenang terus
Ustadz Zulkifli dengan cara merekam suaranya, menunggunya sampai keluar dari
masjid, dll seperti di tahun-tahun kemarin di Bulan Suci Ramadhan. Namun
berbagai cobaan pun ku alami, setiap Ramadhan pergi aku selalu merasa Ustadz
Zulkifli berada didekatku, setiap kali ku merasa galau, kesepian, sedih,
ataupun senang, kumencoba memutar kembali hasil rekaman suara Ustadz Zulkifli
saat di Bulan Ramadhan, dan kukirim sebagian ke Handphone adikku untuk
memamerkannya kepada dia. Tapi semuanya selalu tidak bertahan lama, aku sering
kehilangan rekaman-rekaman suara itu, disebabkan oleh hal-hal yang tidak
kuinginkan seperti memori card ku rusak, HP ku hilang, dan kesalahan tekhnis
lainnya, entah kenapa seperti itu . Tetapi aku selalu
berkata dalam hati “biarmi deh, Insya
Allah masih adaji itu di Ramadhan kemudian”. Uumm ternyata prediksiku
salah, di tahun 1431 H, yang menjadi imam Tarwih di Masjid Nurul Huda Gusung
bukan Ustadz Zulkifli, aku sedih banget . Tapi aku
yakin suatu saat nanti aku akan bertemu dengan Ustadz Zulkifli kembali.
Ternyata benar, dia masih sering datang ke Masjid Nurul Huda Gusung pada saat
Hari Raya Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW, dll. Jadi aku masih sempat merekam suaranya yang merdu
sebagai kenangan .
Sebenarnya
kisah cintaku masih berlanjut, ketika aku mendengar suara Ustadz Bilal (itu
adalah nama samaran yang aku buat untuknya, nama sebenarnya adalah Ustadz
Mahmud Ahmad). Aku juga suka dia, karena dia juga seorang penghafal Al-qur’an,
suaranya merdu, cakep, selain bisa jadi imam sholat Tarwih, dia juga fasih
dalam menyanyikan lagu-lagu shalawat Nabi, adzan juga bisa, aku juga sering
merekam suaranya. Dia tinggal di sekitar daerahku juga (tetangga), dulu aku
menganggapnya cuma orang biasa, ternyata dia juga adalah orang yang luar biasa.
Tapi cintaku kepada Ustadz Zulkifli lebih besar dari dia, tapi Ustadz Bilal
adalah orang ke 2 yang aku kagumi .
Uumm, kisah ku mungkin amat panjang yah, tapi ini
bukan karangan lho, ini adalah kenyataan.
0 comments on "Suaramu Menumbuhkan Kekaguman Dihatiku"
Posting Komentar